Bab. 1 - Gang Watterson
Hujan turun deras di atas padang liar yang gelap, menciptakan genangan air di jalan setapak berlumpur. Gang Watterson, kelompok kriminal paling dicari di wilayah Wind from West, tengah berpacu dengan waktu. Kuda-kuda mereka mendengus kelelahan, sementara petir menyambar langit malam, menerangi wajah-wajah tegang mereka.
"Cepat, Sam! Jangan biarkan mereka mengejar kita!" teriak Earl Watterson, pemimpin gang, sambil menoleh ke belakang. Ia bisa mendengar derap kaki kuda para pemburu bayaran yang mengejar mereka semakin mendekat.
"Aku sudah memacu kuda ini sampai hampir mati, Earl!" balas Sam, adiknya, yang memegang karung penuh uang hasil perampokan yang gagal. Tetesan darah mengalir dari lengannya akibat peluru yang hampir mengenai tulang.
"Kita tidak bisa terus seperti ini," kata Danny, anggota termuda yang membawa senapan Winchester. "Blue Pearl hanya beberapa mil lagi. Kalau kita mencapai perbatasan, mereka akan berhenti mengejar."
"Kalau kita bisa sampai," gumam Earl dengan nada pahit.
Jembatan Runtuh
Saat mereka mendekati jembatan kayu tua yang melintasi Sungai Silverhorn, mereka terhenti mendadak. Air sungai yang meluap menghancurkan sebagian besar jembatan.
"Sialan! Kita tidak bisa melewati ini," kata Danny.
"Kita harus cari jalan memutar," jawab Earl sambil berpikir cepat. "Tapi itu akan memperlambat kita."
Dari kejauhan, suara peluru melesat memecah keheningan hujan. Peluru pertama menghantam tanah di dekat kaki kuda Danny, membuat binatang itu terlonjak ketakutan.
"Mereka sudah di sini!" seru Sam panik.
Earl mengangkat revolvernya, Colt Peacemaker kesayangan yang telah menemaninya melewati berbagai pertempuran. "Ambil posisi! Kalau kita harus bertarung, pastikan kita tidak kalah."
Pertempuran di Tepi Sungai
Gang Watterson mengambil perlindungan di balik batu besar dan pepohonan yang mengelilingi sungai. Pemburu bayaran, sekitar lima orang, muncul di kejauhan, masing-masing bersenjata senapan laras panjang.
"Kami hanya ingin uangnya, Earl! Serahkan itu, dan kami biarkan kalian pergi!" teriak salah satu pemburu bayaran.
"Bagaimana kalau aku serahkan peluru ke kepala kalian, huh?" jawab Earl dingin. Ia menembakkan peluru pertamanya, mengenai salah satu pemburu bayaran yang jatuh dari kudanya.
Hujan semakin deras, menyulitkan pandangan kedua pihak. Danny menggunakan senapan Winchesternya untuk menembak dari jarak jauh, sementara Sam, meski terluka, tetap melindungi karung uang.
Pilihan Sulit
Setelah beberapa menit tembak-menembak sengit, Earl menyadari bahwa mereka tidak akan bertahan lama. Salah satu kuda mereka telah tewas, dan Sam mulai kehilangan banyak darah.
"Earl, kita harus pergi sekarang! Kalau tidak, kita semua mati di sini," desak Danny.
Earl mengangguk dengan berat hati. Ia menatap karung uang yang sudah mereka pertaruhkan nyawa untuk mencuri. "Sam, tinggalkan karungnya."
"Apa? Tidak mungkin!" balas Sam, terkejut. "Ini semua untuk ini, Earl! Kita tidak bisa menyerah begitu saja!"
"Kalau kita mati, uang itu tidak ada gunanya!" bentak Earl.
Dengan berat hati, Sam melemparkan karung uang ke dalam sungai. Air sungai yang deras segera menyeretnya pergi.
"Lari sekarang!" perintah Earl.
Kejaran Tak Berhenti
Mereka meninggalkan posisi mereka dan menyusuri tepi sungai, memanfaatkan hujan untuk mengaburkan jejak mereka. Para pemburu bayaran yang melihat karung uang hanyut mulai kehilangan minat, tetapi beberapa tetap mengejar mereka.
Ketika fajar mulai menyingsing, Gang Watterson akhirnya mencapai perbatasan Blue Pearl. Luka-luka dan kelelahan terpampang jelas di wajah mereka, tetapi mereka masih hidup.
Earl menatap ke belakang sekali lagi, memastikan tidak ada yang mengikuti. "Kita selamat... untuk sekarang."
Danny menyeringai lelah. "Jadi, apa rencana berikutnya, bos?"
Earl menghela napas, menatap cakrawala. "Kita sembunyi dulu. Tapi ingat, ini belum selesai. Kita akan kembali."
Dan dengan itu, Gang Watterson melanjutkan perjalanan mereka, meninggalkan jejak kehancuran, dendam, dan harapan di belakang.
To be continued..